Langit senja
di Tolitoli menyambut kami dengan warna keemasan yang perlahan memudar ke biru
tua. Udara sore yang hangat terasa lebih syahdu dengan semilir angin Ramadhan
yang berhembus lembut. Di halaman yang luas, suara tawa dan canda mulai mengisi
ruang, mencairkan segala kecanggungan yang mungkin ada. Malam itu bukan sekadar
acara buka puasa bersama, melainkan sebuah pertemuan yang menghidupkan kembali
semangat ukhuwah, merajut kembali kenangan lama, serta menanamkan harapan bagi
generasi baru Pelajar Islam Indonesia (PII).
Sejak awal,
suasana penuh kehangatan. Wajah-wajah penuh semangat, dari para alumni yang
telah lama mengabdikan diri hingga kader muda yang baru mengenal PII, tampak
bersinar dalam kebersamaan. Di antara mereka, perbincangan hangat mengalir
tentang sejarah organisasi, tantangan yang pernah dihadapi, dan mimpi besar
yang ingin diwujudkan. Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi
juga kesempatan untuk merefleksikan perjalanan panjang organisasi ini.
Seiring
matahari tenggelam, suasana semakin khidmat. Adzan Maghrib berkumandang,
menandakan waktu berbuka puasa telah tiba. Gelas-gelas berisi air dingin segera
diteguk, diiringi senyum kepuasan setelah seharian menahan dahaga.
Piring-piring mulai terisi dengan hidangan sederhana, namun kelezatannya terasa
berlipat ganda karena dinikmati bersama dalam kebersamaan. Tidak ada batasan di
antara kami, tidak ada perbedaan antara senior dan junior. Malam itu, yang ada
hanya satu keluarga besar, duduk melingkar dalam kebersamaan yang tulus.
Buka puasa
bersama ini dihadiri oleh Keluarga Besar PII Tolitoli, Pengurus Wilayah PII
Sulawesi Tengah, Pengurus Daerah PII Tolitoli, serta Pengurus Komisariat SMK
Negeri 1 Tolitoli. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar acara makan
bersama. Namun bagi kami, ini adalah momen berharga, tempat nilai-nilai
perjuangan PII kembali dihidupkan dan ukhuwah dipererat. Setiap tatapan mata
yang bertemu, setiap tangan yang berjabat erat, mengisyaratkan satu hal: PII
bukan sekadar organisasi, ia adalah keluarga.
Lebih dari Sekadar Buka Puasa
Seperti halnya
setiap pertemuan dalam PII, acara ini bukan hanya tentang makan bersama. Di
setiap suapan yang masuk ke mulut, ada kisah yang dituturkan, ada hikmah yang
dibagikan. Para senior yang telah lebih dulu menapaki jalan perjuangan berbagi
pengalaman tentang bagaimana PII membentuk karakter, mengasah kepemimpinan,
serta memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
"PII
bukan hanya tempat belajar organisasi," ujar seorang alumni yang kini
telah sukses di dunia profesional. "Di sini, kita belajar bagaimana
menjadi manusia yang berkarakter, yang siap menghadapi tantangan, dan yang
mampu membawa perubahan."
Para kader
muda menyimak dengan penuh antusias. Mereka menyerap setiap kata, memahami
bahwa jalan yang kini mereka tapaki adalah bagian dari perjalanan panjang yang
pernah dilalui para pendahulu mereka. Ada rasa bangga yang tumbuh, bahwa mereka
kini menjadi bagian dari rantai sejarah yang terus berlanjut.
Selain berbagi
kisah, ada juga sesi refleksi. Para peserta diajak untuk merenungkan sejauh
mana mereka telah berkontribusi dalam organisasi ini. Apakah mereka sudah
memberikan yang terbaik? Apakah nilai-nilai yang ditanamkan di PII benar-benar
mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari?
Barbeque dan Kebersamaan yang
Mendidik
Salah satu
bagian paling menarik dari acara ini adalah sesi barbeque bersama. Bukan
sekadar tentang memanggang daging atau menyantap makanan lezat, tetapi ini
adalah simbol dari nilai-nilai kebersamaan yang selalu dijunjung tinggi dalam
PII.
Di sekitar
panggangan, para peserta berbagi tugas. Ada yang sibuk mengipasi arang agar
tetap menyala, ada yang telaten membolak-balik daging agar matang sempurna, dan
ada pula yang dengan penuh tanggung jawab memastikan semua orang kebagian.
Semua bergerak, tidak ada yang hanya menjadi penonton.
Inilah esensi
dari PII—setiap orang memiliki peran, sekecil apa pun itu tetaplah berharga.
Sama seperti dalam organisasi, di mana setiap kader memiliki tanggung jawabnya
masing-masing. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Yang
ada hanyalah kerja sama, saling mendukung, dan berbagi peran demi satu tujuan
yang lebih besar.
Di sela-sela
kepulan asap yang menari di udara, canda dan tawa bergema. Para senior
mengenang masa-masa ketika mereka masih menjadi kader muda, ketika mereka
pertama kali mengikuti Basic Training (Batra), saat mereka pertama kali berdiri
di depan publik sebagai seorang pemimpin, dan bagaimana PII mengubah hidup
mereka.
Seorang
peserta muda bertanya, "Apakah berat menjadi bagian dari PII?"
Seorang alumni
tersenyum dan menjawab, "Tantangannya memang ada, tapi di sinilah tempat
terbaik untuk belajar. PII bukan hanya organisasi, tapi rumah. Dan di rumah
ini, kita tidak pernah dibiarkan berjalan sendiri."
Budaya Guyub Rukun: Jiwa yang
Tak Pudar
Acara ini juga
menjadi bukti bahwa budaya guyub rukun tetap hidup dalam PII. Tidak ada sekat
antara senior dan junior, tidak ada batasan antara pengurus dan kader baru.
Semua larut dalam satu kebersamaan yang menjunjung tinggi persaudaraan Islam.
Semangat
Ramadhan semakin memperkuat ikatan ini. Bukan hanya dalam berbagi makanan,
tetapi juga dalam berbagi ilmu, pengalaman, dan semangat perjuangan. Kami
menyadari bahwa di sinilah esensi dari ukhuwah Islamiyah—bukan hanya saling
mengenal, tetapi juga saling mendukung, menguatkan, dan tumbuh bersama.
Di tengah kehangatan malam itu,
seseorang berbisik, "Inilah yang membuat PII berbeda. Kita bukan sekadar
berkumpul, tapi kita saling membangun."
Merawat Warisan Ukhuwah
Ketika malam
semakin larut dan api panggangan mulai meredup, kami menutup acara dengan doa
bersama. Doa agar ukhuwah ini tetap terjaga, agar PII terus melahirkan
kader-kader terbaik yang siap menjadi agen perubahan, dan agar semangat
perjuangan yang diwariskan oleh generasi sebelumnya tetap menyala dalam hati
kami.
Buka puasa dan
barbeque bersama ini bukan sekadar acara tahunan. Ini adalah momentum untuk
mengingat kembali bahwa di PII, kita tidak pernah sendiri. Bahwa di organisasi
ini, setiap individu memiliki peran dalam menjaga warisan ukhuwah yang telah
dibangun sejak lama.
Dari generasi
ke generasi, semangat ini akan terus dijaga. Tidak ada yang tertinggal, tidak
ada yang terabaikan. PII adalah rumah bagi setiap insan yang ingin
berkontribusi, yang ingin belajar, dan yang ingin tumbuh menjadi pemimpin.
Karena di PII,
kebersamaan bukan hanya kata-kata. Ia adalah nafas perjuangan yang selalu hidup
dalam hati setiap kadernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar