Kamis, 13 Maret 2025

Buka Puasa, Barbeque, dan Semangat PII: Merawat Ukhuwah di Setiap Generasi


Langit senja di Tolitoli menyambut kami dengan warna keemasan yang perlahan memudar ke biru tua. Udara sore yang hangat terasa lebih syahdu dengan semilir angin Ramadhan yang berhembus lembut. Di halaman yang luas, suara tawa dan canda mulai mengisi ruang, mencairkan segala kecanggungan yang mungkin ada. Malam itu bukan sekadar acara buka puasa bersama, melainkan sebuah pertemuan yang menghidupkan kembali semangat ukhuwah, merajut kembali kenangan lama, serta menanamkan harapan bagi generasi baru Pelajar Islam Indonesia (PII).

Sejak awal, suasana penuh kehangatan. Wajah-wajah penuh semangat, dari para alumni yang telah lama mengabdikan diri hingga kader muda yang baru mengenal PII, tampak bersinar dalam kebersamaan. Di antara mereka, perbincangan hangat mengalir tentang sejarah organisasi, tantangan yang pernah dihadapi, dan mimpi besar yang ingin diwujudkan. Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga kesempatan untuk merefleksikan perjalanan panjang organisasi ini.

Seiring matahari tenggelam, suasana semakin khidmat. Adzan Maghrib berkumandang, menandakan waktu berbuka puasa telah tiba. Gelas-gelas berisi air dingin segera diteguk, diiringi senyum kepuasan setelah seharian menahan dahaga. Piring-piring mulai terisi dengan hidangan sederhana, namun kelezatannya terasa berlipat ganda karena dinikmati bersama dalam kebersamaan. Tidak ada batasan di antara kami, tidak ada perbedaan antara senior dan junior. Malam itu, yang ada hanya satu keluarga besar, duduk melingkar dalam kebersamaan yang tulus.

Buka puasa bersama ini dihadiri oleh Keluarga Besar PII Tolitoli, Pengurus Wilayah PII Sulawesi Tengah, Pengurus Daerah PII Tolitoli, serta Pengurus Komisariat SMK Negeri 1 Tolitoli. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya sekadar acara makan bersama. Namun bagi kami, ini adalah momen berharga, tempat nilai-nilai perjuangan PII kembali dihidupkan dan ukhuwah dipererat. Setiap tatapan mata yang bertemu, setiap tangan yang berjabat erat, mengisyaratkan satu hal: PII bukan sekadar organisasi, ia adalah keluarga.

Lebih dari Sekadar Buka Puasa

Seperti halnya setiap pertemuan dalam PII, acara ini bukan hanya tentang makan bersama. Di setiap suapan yang masuk ke mulut, ada kisah yang dituturkan, ada hikmah yang dibagikan. Para senior yang telah lebih dulu menapaki jalan perjuangan berbagi pengalaman tentang bagaimana PII membentuk karakter, mengasah kepemimpinan, serta memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

"PII bukan hanya tempat belajar organisasi," ujar seorang alumni yang kini telah sukses di dunia profesional. "Di sini, kita belajar bagaimana menjadi manusia yang berkarakter, yang siap menghadapi tantangan, dan yang mampu membawa perubahan."

Para kader muda menyimak dengan penuh antusias. Mereka menyerap setiap kata, memahami bahwa jalan yang kini mereka tapaki adalah bagian dari perjalanan panjang yang pernah dilalui para pendahulu mereka. Ada rasa bangga yang tumbuh, bahwa mereka kini menjadi bagian dari rantai sejarah yang terus berlanjut.

Selain berbagi kisah, ada juga sesi refleksi. Para peserta diajak untuk merenungkan sejauh mana mereka telah berkontribusi dalam organisasi ini. Apakah mereka sudah memberikan yang terbaik? Apakah nilai-nilai yang ditanamkan di PII benar-benar mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari?

Barbeque dan Kebersamaan yang Mendidik

Salah satu bagian paling menarik dari acara ini adalah sesi barbeque bersama. Bukan sekadar tentang memanggang daging atau menyantap makanan lezat, tetapi ini adalah simbol dari nilai-nilai kebersamaan yang selalu dijunjung tinggi dalam PII.

Di sekitar panggangan, para peserta berbagi tugas. Ada yang sibuk mengipasi arang agar tetap menyala, ada yang telaten membolak-balik daging agar matang sempurna, dan ada pula yang dengan penuh tanggung jawab memastikan semua orang kebagian. Semua bergerak, tidak ada yang hanya menjadi penonton.

Inilah esensi dari PII—setiap orang memiliki peran, sekecil apa pun itu tetaplah berharga. Sama seperti dalam organisasi, di mana setiap kader memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Yang ada hanyalah kerja sama, saling mendukung, dan berbagi peran demi satu tujuan yang lebih besar.

Di sela-sela kepulan asap yang menari di udara, canda dan tawa bergema. Para senior mengenang masa-masa ketika mereka masih menjadi kader muda, ketika mereka pertama kali mengikuti Basic Training (Batra), saat mereka pertama kali berdiri di depan publik sebagai seorang pemimpin, dan bagaimana PII mengubah hidup mereka.

Seorang peserta muda bertanya, "Apakah berat menjadi bagian dari PII?"

Seorang alumni tersenyum dan menjawab, "Tantangannya memang ada, tapi di sinilah tempat terbaik untuk belajar. PII bukan hanya organisasi, tapi rumah. Dan di rumah ini, kita tidak pernah dibiarkan berjalan sendiri."

Budaya Guyub Rukun: Jiwa yang Tak Pudar

Acara ini juga menjadi bukti bahwa budaya guyub rukun tetap hidup dalam PII. Tidak ada sekat antara senior dan junior, tidak ada batasan antara pengurus dan kader baru. Semua larut dalam satu kebersamaan yang menjunjung tinggi persaudaraan Islam.

Semangat Ramadhan semakin memperkuat ikatan ini. Bukan hanya dalam berbagi makanan, tetapi juga dalam berbagi ilmu, pengalaman, dan semangat perjuangan. Kami menyadari bahwa di sinilah esensi dari ukhuwah Islamiyah—bukan hanya saling mengenal, tetapi juga saling mendukung, menguatkan, dan tumbuh bersama.

Di tengah kehangatan malam itu, seseorang berbisik, "Inilah yang membuat PII berbeda. Kita bukan sekadar berkumpul, tapi kita saling membangun."

Merawat Warisan Ukhuwah

Ketika malam semakin larut dan api panggangan mulai meredup, kami menutup acara dengan doa bersama. Doa agar ukhuwah ini tetap terjaga, agar PII terus melahirkan kader-kader terbaik yang siap menjadi agen perubahan, dan agar semangat perjuangan yang diwariskan oleh generasi sebelumnya tetap menyala dalam hati kami.

Buka puasa dan barbeque bersama ini bukan sekadar acara tahunan. Ini adalah momentum untuk mengingat kembali bahwa di PII, kita tidak pernah sendiri. Bahwa di organisasi ini, setiap individu memiliki peran dalam menjaga warisan ukhuwah yang telah dibangun sejak lama.

Dari generasi ke generasi, semangat ini akan terus dijaga. Tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang terabaikan. PII adalah rumah bagi setiap insan yang ingin berkontribusi, yang ingin belajar, dan yang ingin tumbuh menjadi pemimpin.

Karena di PII, kebersamaan bukan hanya kata-kata. Ia adalah nafas perjuangan yang selalu hidup dalam hati setiap kadernya.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Pandemi Jadi Momentum: Menyatukan Ilmu, Budaya, dan Spiritualitas Lewat Webinar

  Pandemi COVID-19 datang tanpa aba-aba. Mengubah wajah dunia dalam waktu singkat. Membatasi ruang gerak manusia, membekukan banyak aktivita...