Di tengah arus
globalisasi yang semakin deras, peran ulama sebagai penjaga moral dan pemimpin
umat mengalami tantangan besar. Dunia yang semakin kompleks menuntut para ulama
tidak hanya menguasai ilmu agama secara mendalam, tetapi juga memiliki wawasan
luas dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari sains, teknologi, sosial, hingga
ekonomi. Bagaimana Islam bisa tetap relevan dalam kehidupan modern jika para
ulamanya tidak memahami dunia yang terus berubah?
Inilah
pertanyaan mendasar yang menjadi latar belakang lahirnya program “PII Masuk
Pesantren” yang diinisiasi oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) Sulawesi
Tengah (Sulteng). Program ini bertujuan untuk mencetak generasi ulama yang
tidak hanya kuat dalam pemahaman keislaman, tetapi juga memiliki wawasan
kebangsaan dan intelektual yang luas. Lebih menarik lagi, program ini juga
menjadi proyek perdana dari Pengurus Daerah (PD) PII Tolitoli setelah berhasil
dihidupkan kembali pada tahun 2024.
Sebagai
organisasi yang telah lama berkiprah dalam dunia pendidikan dan kepemudaan, PII
memahami bahwa generasi ulama masa depan tidak cukup hanya memiliki kecakapan
dalam ilmu fikih dan tafsir, tetapi juga harus mampu memahami fenomena sosial,
menjawab persoalan zaman, serta menawarkan solusi yang relevan bagi umat.
Oleh karena itu, program ini didesain untuk menghasilkan ulama yang tidak hanya
paham teks, tetapi juga kontekstual dalam memahami realitas kehidupan.
Dengan program
ini, PII Sulteng dan PD PII Tolitoli ingin membangun kembali tradisi
keilmuan Islam yang progresif dan relevan dengan tantangan zaman. Seperti
yang dicontohkan oleh ulama-ulama besar dalam sejarah Islam—mulai dari Ibnu
Sina hingga Imam Al-Ghazali—yang tidak hanya mendalami agama, tetapi juga
sains, filsafat, dan ilmu sosial. Inilah model ulama cendekia yang ingin
diwujudkan oleh PII melalui program ini.
Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu
Umum: Membentuk Ulama Berwawasan Luas
Salah satu
keunggulan utama dari program ini adalah menggabungkan pendidikan agama
dengan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan kepemimpinan. Santri tidak
hanya diajarkan untuk memahami kitab kuning dan literatur Islam klasik, tetapi
juga diberikan wawasan tentang isu-isu global, seperti ekonomi Islam, teknologi
digital, perubahan iklim, hingga diplomasi internasional.
PII Sulteng
memahami bahwa Islam adalah agama yang dinamis, yang selalu relevan dengan
setiap zaman. Oleh karena itu, program ini berupaya untuk mencetak ulama
yang tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai keislaman, tetapi juga menjadi
problem solver bagi berbagai tantangan yang dihadapi umat. Para santri
dididik untuk berpikir secara kritis dan tidak hanya menerima informasi secara
mentah-mentah, tetapi juga mampu menganalisis dan memahami konteks dari setiap
permasalahan yang muncul.
Dalam
pelaksanaannya, program ini menerapkan pendekatan interdisipliner, di
mana santri diberikan pemahaman bahwa Islam bukanlah entitas yang berdiri
sendiri, tetapi memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia.
Sebagai contoh, ketika membahas konsep ekonomi Islam, santri juga diberikan
wawasan tentang bagaimana sistem ekonomi global bekerja, sehingga mereka bisa
memberikan solusi berbasis Islam yang tetap relevan dengan kondisi ekonomi saat
ini.
Dengan metode
ini, santri tidak hanya menjadi ahli agama yang berpegang teguh pada
kitab-kitab klasik, tetapi juga menjadi intelektual Muslim yang mampu merespons
tantangan zaman dengan perspektif yang lebih luas dan mendalam.
Proyek Perdana PD PII
Tolitoli: Langkah Besar dalam Pembinaan Generasi Muslim
Program “PII
Masuk Pesantren” juga menandai babak baru dalam perjalanan Pengurus
Daerah (PD) PII Tolitoli, yang baru saja dihidupkan kembali pada tahun 2024.
Ini bukan sekadar agenda biasa, tetapi sebuah langkah strategis dalam membangun
kembali peran PII sebagai wadah kaderisasi pelajar Muslim di Tolitoli.
Sebagai proyek
perdana, program ini menjadi simbol kebangkitan PII di Tolitoli. Tidak
hanya sekadar menghidupkan organisasi, tetapi juga langsung memberikan
kontribusi nyata dalam dunia pendidikan Islam. Keberhasilan program ini akan
menjadi momentum penting dalam memperkuat eksistensi PII di Tolitoli serta
membuktikan bahwa organisasi ini mampu memberikan dampak positif bagi umat dan
bangsa.
Program ini
juga menjadi ajang bagi para kader PII untuk mengasah keterampilan
kepemimpinan, manajemen organisasi, dan dakwah di lingkungan pesantren.
Dengan terlibat langsung dalam program ini, para kader PII belajar bagaimana
membangun komunikasi yang efektif dengan para santri, ulama, dan pihak
pesantren, serta bagaimana menyusun program pendidikan yang berbasis
nilai-nilai Islam dan kebutuhan zaman.
Bagi PD PII
Tolitoli, keberhasilan program ini bukan hanya tentang seberapa banyak santri
yang terlibat, tetapi juga tentang bagaimana menciptakan kader-kader Muslim
yang cerdas, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Dari Pesantren untuk Negeri:
Membangun Masa Depan Islam yang Cerah
Keberhasilan
program “PII Masuk Pesantren” tidak hanya diukur dari banyaknya santri
yang lulus, tetapi juga dari sejauh mana mereka bisa berkontribusi bagi umat
dan bangsa. Santri yang terdidik dalam program ini diharapkan bisa menjadi penggerak
perubahan, baik di dunia pendidikan, sosial, maupun kepemimpinan.
Dengan
semangat Dari Pesantren untuk Negeri, program ini menjadi langkah nyata
dalam membangun ulama yang bukan hanya cendekia, tetapi juga memiliki jiwa
kepemimpinan dan kepekaan sosial. Ulama masa depan bukan hanya harus mampu
berbicara tentang ajaran Islam, tetapi juga harus bisa memimpin perubahan,
membangun peradaban, dan mengarahkan umat ke arah yang lebih baik.
Inilah
saatnya pesantren kembali menjadi pusat peradaban Islam yang maju. PII
Sulteng dan PD PII Tolitoli telah mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita
besar ini, dan sekarang giliran kita semua untuk mendukung dan mengawal
inisiatif ini agar benar-benar membawa manfaat bagi umat dan bangsa.
Masa depan
Islam ada di tangan para pemimpin yang berilmu dan berintegritas. Apakah
kita siap untuk mendukung lahirnya generasi ulama cendekia yang akan membawa
Islam ke masa kejayaannya kembali?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar