Senin, 24 Februari 2025

Lebaran Bersama Keluarga Korompot di Kabupaten Buol: Sebuah Kenangan yang Tak Terlupakan

 


Lebaran selalu membawa makna mendalam bagi setiap orang. Ia bukan sekadar perayaan setelah sebulan berpuasa, tetapi juga momen untuk kembali ke akar, mempererat tali silaturahmi, dan merasakan kehangatan keluarga. Setiap tahunnya, Lebaran memiliki cerita yang berbeda, penuh dengan kenangan yang tak terlupakan. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah ketika merayakan Lebaran bersama keluarga Korompot di Kabupaten Buol.

Buol, sebuah daerah di pesisir utara Sulawesi Tengah, memiliki pesona tersendiri. Selain keindahan alamnya yang memikat, daerah ini juga dikenal dengan kawasan sekitarnya yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Perjalanan menuju Buol saat itu sudah menjadi pengalaman berharga tersendiri—menyusuri jalanan yang dikelilingi perbukitan hijau, desa-desa yang asri, dan udara yang sejuk. Setiap kilometer yang kami tempuh semakin menambah rasa rindu dan antusias untuk tiba di tujuan.

Setibanya di sana, Perayaan hangat dari keluarga Korompot langsung menghapus rasa lelah perjalanan. Saya dan keluarga disambut dengan pelukan erat, senyuman tulus, dan percakapan akrab seolah-olah kami sudah lama tidak bertemu. Inilah salah satu hal yang paling saya kagumi dari mereka—bagaimana mereka memperlakukan tamu seperti keluarga sendiri. Kebersamaan itu terasa begitu alami, mengingatkan saya pada makna sejati dari silaturahmi.

Malam takbiran menjadi momen pertama yang benar-benar mengesankan. Suara takbir menggema di setiap sudut desa, anak-anak berlarian membawa obor, dan para pemuda menggelar pawai takbiran dengan semangat yang luar biasa. Saya ikut larut dalam suasana itu, merasakan kebersamaan yang begitu erat. Di rumah, para perempuan sibuk menyiapkan hidangan khas Lebaran, sementara para pria berbincang tentang berbagai hal, dari kenangan masa lalu hingga rencana masa depan. Ada kehangatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, sesuatu yang hanya bisa dirasakan ketika kita benar-benar menjadi bagian dari sebuah keluarga besar.

Salat Id dan Tradisi Saling Bermaafan

Pagi hari, kami berangkat bersama menuju lapangan tempat salat Id dilaksanakan. Ratusan orang berkumpul, mengenakan pakaian terbaik mereka, wajah-wajah yang berseri-seri dalam kebahagiaan. Momen ini selalu menghadirkan perasaan haru—suasana kebersamaan yang begitu kuat, diiringi takbir yang menggetarkan hati.

Seusai salat, tradisi saling bermaafan dimulai. Tidak ada yang lebih indah dari melihat orang-orang saling berjabat tangan, berpelukan, dan dengan tulus mengucapkan maaf atas segala kesalahan. Ada ketulusan di setiap kehangatan, kehangatan di setiap genggaman.

Hidangan Lebaran: Perjamuan yang Sarat Akan Cinta

Setelah pulang ke rumah, tibalah saat yang dinanti-nantikan—menikmati hidangan khas Lebaran. Meja makan dipenuhi berbagai sajian lezat: ketupat yang berpadu sempurna dengan opor ayam yang gurih, rendang dengan bumbu yang meresap sempurna, hingga kue-kue tradisional yang membawa nostalgia tersendiri.

Namun, lebih dari sekedar makanan, momen ini adalah tentang kebersamaan. Kami duduk bersama, berbagi cerita, tertawa, dan mengenang masa-masa lalu. Anak-anak berlarian dengan riang, sementara para orang tua berbincang tentang kehidupan, keluarga, dan harapan untuk masa depan. Saya merasa begitu bersyukur bisa menjadi bagian dari suasana yang penuh kehangatan ini.

Silaturahmi: Mengunjungi Rumah Saudara dan Tetangga

Lebaran di Buol tidak hanya sebatas berkumpul di satu rumah. Ada tradisi berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, menjalin kembali hubungan dengan sanak saudara dan tetangga. Kami berjalan kaki melewati rumah-rumah yang pintunya selalu terbuka lebar, menyambut setiap tamu dengan tangan terbuka dan senyum yang tulus.

Setiap rumah yang kami kunjungi selalu menyajikan makanan khas dan cerita yang berbeda. Saya mendengar banyak kisah—tentang perjuangan hidup, suka duka perantauan, dan bagaimana mereka tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan di tengah segala tantangan.

Makna Lebaran yang Sesungguhnya

Hari itu, saya kembali diingatkan tentang esensi sejati dari Lebaran. Lebaran bukan hanya tentang makanan yang lezat atau pakaian baru, tetapi tentang kebersamaan, memaafkan dengan tulus, dan mempererat tali silaturahmi.

Merayakan Lebaran bersama keluarga Korompot di Kabupaten Buol menjadi salah satu pengalaman yang tidak hanya membekas dalam ingatan, tetapi juga dalam hati. Saya belajar banyak dari mereka—tentang persahabatan, tentang kebersamaan yang tulus, dan tentang bagaimana cinta serta kasih mampu menjembatani segala perbedaan.

Setiap kali mengenang momen itu, saya selalu tersenyum. Ada kerinduan yang menggema dalam hati, kerinduan akan suasana hangat yang sulit ditemukan di tempat lain. Mungkin suatu hari nanti, saya akan kembali ke Buol, merasakan lagi kehangatan yang sama, dan merayakan Lebaran dengan cara yang paling indah—bersama mereka yang telah saya anggap sebagai keluarga sendiri.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Pandemi Jadi Momentum: Menyatukan Ilmu, Budaya, dan Spiritualitas Lewat Webinar

  Pandemi COVID-19 datang tanpa aba-aba. Mengubah wajah dunia dalam waktu singkat. Membatasi ruang gerak manusia, membekukan banyak aktivita...