Lebaran selalu menjadi waktu yang
istimewa. Bukan sekedar momen kemenangan setelah sebulan berpuasa, namun juga
saat di mana tali silaturahmi diperkuat, kebersamaan dipererat, dan kenangan
indah tercipta. Salah satu Lebaran yang paling berkesan bagi saya adalah ketika
merayakannya bersama keluarga Timumun di Kabupaten Buol.
Buol, sebuah daerah yang kaya akan
budaya dan tradisi, selalu menghadirkan suasana hangat dan penuh kekeluargaan.
Perjalanan menuju ke sana membawa perasaan rindu yang mendalam. Jalanan yang
membentang di antara perbukitan hijau, desa-desa yang tenang, dan angin
sepoi-sepoi yang menyambut, semuanya terasa begitu akrab dan tenang. Setiap
kilometer yang dilewati seolah membawa saya semakin dekat ke dalam pelukan
keluarga besar yang siap menyambut dengan penuh kehangatan.
Saat tiba di rumah keluarga
Timumun, rasa lelah perjalanan seketika menghilang. Sambutan mereka begitu
tulus dan hangat. Senyum, pelukan, dan canda tawa langsung mencairkan suasana.
Saya merasa bukan sekedar tamu, melainkan bagian dari keluarga yang telah lama
dinanti kepulangannya. Di sini saya benar-benar memahami makna
silaturahmi—bukan sekadar kunjungan, tetapi tentang menghadirkan kehangatan dan
keberadaan yang mendalam.
Malam takbiran di Buol selalu
membawa suasana yang khas. Suara takbir berkumandang dari berbagai penjuru,
menggetarkan hati dan menghadirkan rasa syukur yang mendalam. Di sekitar rumah,
anak-anak berlarian membawa obor, sementara para pemuda mempersiapkan pawai
takbiran. Saya ikut larut dalam euforia itu, merasakan semangat kebersamaan
yang begitu kuat. Di dalam rumah, ibu-ibu sibuk menyiapkan hidangan Lebaran,
aroma masakan yang menggugah selera menyebar ke seluruh penjuru dunia, menambah
kehangatan malam yang penuh berkah itu.
Pagi
yang Khidmat dan Tradisi Bermaafan
Paginya berikutnya, kami bersiap
untuk melaksanakan salat Id di lapangan terbuka yang telah dipenuhi ratusan
warga. Suasana yang khidmat dan damai membuat hati terasa begitu tenang.
Setelah salat, tradisi saling bermaafan menjadi momen yang penuh haru. Berjabat
tangan, saling berpelukan, dan mengucapkan maaf dari lubuk hati yang terdalam
menghadirkan ketulusan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Tradisi ini bukan sekadar
formalitas, melainkan cerminan dari nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi. Di
setiap jabatan tangan, ada harapan untuk memperbaiki diri dan menjaga hubungan
baik dengan sesama. Saya melihat bagaimana anak-anak bersimpuh di hadapan orang
tua mereka, memohon maaf dengan tulus, sementara para orang tua membalasnya
dengan doa dan kasih sayang.
Hidangan
Lebaran yang Penuh Cinta
Setelah pulang ke rumah, aroma
lezat dari dapur sudah menyambut kami. Meja makan dipenuhi berbagai hidangan
khas Lebaran—ketupat yang lembut, opor ayam yang kaya rempah, rendang yang
menggugah selera, serta berbagai kue tradisional sebagai pelengkap. Namun,
lebih dari sekedar makanan, momen ini adalah tentang kebersamaan.
Kami duduk bersama, berbagi cerita,
tertawa, dan mengenang masa-masa lalu. Anak-anak bermain dengan riang,
sementara orang dewasa berbincang dengan penuh keakraban. Saya merasa sangat
bersyukur bisa merasakan suasana seperti ini, suasana yang penuh dengan cinta
dan kehangatan keluarga.
Silaturahmi
ke Rumah Sanak Saudara
Lebaran di Buol juga identik dengan
tradisi berkunjung dari rumah ke rumah. Setelah makan siang, kami memulai
perjalanan mengunjungi rumah saudara dan tetangga. Setiap rumah yang kami
datangi selalu menyambut dengan tangan terbuka, menyajikan hidangan terbaik
mereka, dan berbagi cerita yang penuh makna.
Saya menikmati setiap
perbincangan—mendengar kisah-kisah masa lalu, mengenal lebih jauh dalam sejarah
keluarga, dan belajar banyak dari pengalaman hidup mereka. Di setiap pertemuan,
saya merasakan betapa kuatnya ikatan kekeluargaan di sini. Tidak ada batasan
antara tua dan muda, semua saling menghormati dan berbagi kebahagiaan.
Lebaran
yang Meninggalkan Jejak di Hati
Merayakan Lebaran bersama keluarga
Timumun di Kabupaten Buol adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya
lupakan. Di sana, saya menemukan makna sejati dari Lebaran—tentang
persahabatan, ketulusan, dan cinta yang setiap menghubungkan hati.
Lebaran bukan hanya tentang pakaian
baru atau hidangan lezat, tetapi tentang kehangatan yang tercipta dalam setiap
pertemuan, tentang saling memaafkan dengan hati yang lapang, dan tentang
bagaimana kebersamaan bisa menjadi sumber kebahagiaan yang hakiki.
Setiap kali mengingat momen itu,
saya selalu tersenyum. Ada kerinduan yang menggema di hati, kerinduan akan
suasana yang penuh kehangatan, kebersamaan yang begitu tulus, dan kebahagiaan
sederhana yang begitu berarti. Semoga suatu hari nanti, saya bisa kembali
merayakan Lebaran di Buol, merasakan kembali kehangatan yang tak tergantikan,
dan mengukir kenangan baru yang lebih indah bersama keluarga Timumun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar