Jumat, 28 Februari 2025

Masjid, Gerakan, dan Kepemimpinan: Refleksi Perjalanan di Al Islah dan Al Haq

 


Tinggal di masjid bukan sekadar tentang tempat beristirahat, tetapi juga bagaimana seseorang bertumbuh secara spiritual, intelektual, dan sosial. Pengalaman saya tinggal di Masjid Al Islah Al Irsyad Al Islamiyah dan Masjid Al Haq Muhammadiyah Palu selama masa kuliah S1 menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup saya. Masjid bukan hanya rumah ibadah, tetapi juga pusat pendidikan, kepemimpinan, dan gerakan sosial yang membentuk karakter dan pemikiran saya hingga saat ini.

Setiap hari di masjid mengajarkan saya tentang kehidupan dalam kebersamaan. Saya melihat bagaimana masjid menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan orang-orang dalam ibadah, tetapi juga dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Di sana, saya belajar memahami berbagai latar belakang jamaah, mendengarkan kisah mereka, dan berdiskusi tentang banyak hal—dari masalah keagamaan hingga isu sosial yang berkembang di masyarakat.

Keterlibatan saya dalam kegiatan masjid juga membuka mata saya terhadap realitas kehidupan di sekitar. Banyak anak-anak yang bersemangat untuk belajar mengaji tetapi memiliki keterbatasan dalam akses pendidikan agama. Ada pula jamaah yang dengan penuh keikhlasan menyumbangkan waktu dan tenaga mereka untuk menghidupkan kegiatan di masjid, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dari mereka, saya belajar tentang keikhlasan dan pentingnya berbuat baik bagi sesama.

Lebih dari itu, masjid menjadi tempat di mana saya belajar memimpin. Saya mendapatkan banyak kesempatan untuk berbicara di depan umum, mengelola kegiatan, dan berinteraksi dengan berbagai kalangan. Semua ini menjadi bekal berharga bagi saya dalam memahami arti kepemimpinan yang sejati—bukan sekadar berada di posisi tertinggi, tetapi tentang melayani dan menginspirasi.

Pengabdian di Masjid Al Islah Al Irsyad Al Islamiyah

Di Masjid Al Islah Al Irsyad Al Islamiyah, saya mendapatkan kesempatan untuk mengabdi dengan mengajar mengaji anak-anak di sekitar masjid. Selain itu, saya juga diberi kepercayaan sebagai muadzin, imam shalat, dan khatib khutbah Jumat. Tugas-tugas ini tidak hanya meningkatkan pemahaman saya terhadap Islam, tetapi juga melatih keterampilan berbicara di depan umum, kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab terhadap komunitas. Berada di lingkungan masjid yang penuh dengan aktivitas keagamaan membuat saya semakin memahami arti dari kebermanfaatan dan pengabdian.

Mengajar anak-anak mengaji adalah salah satu pengalaman yang paling berkesan. Saya melihat bagaimana semangat belajar mereka, meskipun dalam kondisi sederhana, begitu besar. Setiap huruf yang mereka lafalkan, setiap ayat yang mereka hafal, memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Di sisi lain, menjadi imam shalat dan khatib Jumat mengajarkan saya pentingnya mendalami ilmu agama serta bagaimana menyampaikan pesan yang bisa menyentuh hati jamaah.

Kiprah di Masjid Al Haq Muhammadiyah Palu

Perjalanan saya berlanjut di Masjid Al Haq Muhammadiyah Palu, tempat di mana saya lebih banyak terlibat dalam gerakan kepemudaan dan sosial. Di sini, saya dipercaya menjadi Ketua Remaja Islam Masjid (Risma) dan dilantik oleh Walikota Palu saat itu, Bapak H. Rusdy Mastura. Risma Al Haq Muhammadiyah Palu dikenal sebagai salah satu organisasi kepemudaan yang paling aktif di Kota Palu, dengan berbagai kegiatan seperti diskusi publik bertajuk "Mungkinkah Syiah dan Sunnah Bersatu?", Debat Kandidat Calon Walikota Palu Tahun 2010, bedah buku "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century", serta demonstrasi untuk merespons realitas sosial keumatan.

Mengelola organisasi pemuda di masjid mengajarkan saya bagaimana membangun tim yang solid. Saya belajar bahwa untuk mencapai tujuan bersama, komunikasi yang baik dan saling percaya sangatlah penting. Setiap kegiatan yang kami lakukan bukan sekadar aktivitas biasa, tetapi menjadi sarana untuk membangun kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sosial dan umat Islam secara lebih luas.

Diskusi dan debat yang kami adakan sering kali mengundang berbagai tokoh, akademisi, dan masyarakat umum. Dari sini, saya semakin memahami pentingnya dialog dalam menyelesaikan perbedaan dan mencari solusi yang lebih baik. Momen-momen ini memperkaya wawasan saya tentang Islam, politik, dan kehidupan bermasyarakat.

Pembelajaran dari Kepemimpinan dan Organisasi

Keterlibatan dalam berbagai aktivitas di dua masjid ini mengajarkan saya banyak hal tentang kepemimpinan, manajemen organisasi, serta pentingnya memiliki visi dalam setiap langkah yang diambil. Saya belajar bahwa kepemimpinan bukan sekadar mengatur atau memimpin sebuah acara, tetapi juga tentang melayani dan memberikan inspirasi kepada orang lain. Pengalaman ini juga memperkaya keterampilan komunikasi dan diplomasi saya dalam berinteraksi dengan berbagai kalangan masyarakat.

Saya juga belajar bahwa kepemimpinan yang baik membutuhkan empati dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan orang lain. Seorang pemimpin tidak bisa hanya mengandalkan otoritas, tetapi harus bisa menggerakkan orang-orang dengan nilai dan keteladanan. Masjid menjadi tempat di mana saya belajar tentang kepemimpinan berbasis nilai dan etika, sesuatu yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.

Dampak Jangka Panjang dalam Kehidupan

Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang bagi anak muda untuk mengembangkan diri, membangun jaringan, dan berkontribusi bagi masyarakat. Nilai-nilai yang saya peroleh dari pengalaman ini terus saya bawa dalam perjalanan hidup saya, baik dalam dunia akademik, sosial, maupun profesional. Prinsip kepemimpinan yang saya pelajari di masjid masih menjadi pedoman dalam berbagai aktivitas yang saya jalani hingga saat ini, termasuk dalam dunia kerja dan organisasi.

Kehidupan di masjid juga mengajarkan saya pentingnya keseimbangan antara spiritualitas dan aktivitas sosial. Di satu sisi, kita harus terus mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan doa. Di sisi lain, kita juga harus aktif berbuat baik kepada sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan terus memperjuangkan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat.

Tinggal di masjid memberikan saya pengalaman berharga dalam membentuk karakter, memperkuat spiritualitas, dan menanamkan kepedulian sosial. Dari mengajar mengaji hingga memimpin organisasi pemuda, setiap langkah yang saya ambil memberikan kontribusi besar dalam kehidupan saya. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat belajar dan berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, serta membawa manfaat bagi orang lain. Pengalaman ini membuktikan bahwa masjid bisa menjadi pusat transformasi sosial bagi generasi muda yang ingin berkontribusi lebih dalam masyarakat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilu 2029 Terpisah, Bukan Serentak: Solusi untuk Demokrasi yang Lebih Sehat

  Tahun 2029 akan menjadi momen penting bagi sistem demokrasi di Indonesia. Pemilu yang selama ini dilakukan secara serentak di mana rakyat ...