Tinggal di
masjid bukan sekadar tentang tempat beristirahat, tetapi juga bagaimana
seseorang bertumbuh secara spiritual, intelektual, dan sosial. Pengalaman saya
tinggal di Masjid Al Islah Al Irsyad Al Islamiyah dan Masjid Al Haq
Muhammadiyah Palu selama masa kuliah S1 menjadi bagian penting dalam perjalanan
hidup saya. Masjid bukan hanya rumah ibadah, tetapi juga pusat pendidikan,
kepemimpinan, dan gerakan sosial yang membentuk karakter dan pemikiran saya
hingga saat ini.
Setiap hari di
masjid mengajarkan saya tentang kehidupan dalam kebersamaan. Saya melihat
bagaimana masjid menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan orang-orang dalam
ibadah, tetapi juga dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Di sana, saya belajar
memahami berbagai latar belakang jamaah, mendengarkan kisah mereka, dan
berdiskusi tentang banyak hal—dari masalah keagamaan hingga isu sosial yang
berkembang di masyarakat.
Keterlibatan
saya dalam kegiatan masjid juga membuka mata saya terhadap realitas kehidupan
di sekitar. Banyak anak-anak yang bersemangat untuk belajar mengaji tetapi
memiliki keterbatasan dalam akses pendidikan agama. Ada pula jamaah yang dengan
penuh keikhlasan menyumbangkan waktu dan tenaga mereka untuk menghidupkan
kegiatan di masjid, tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dari mereka, saya
belajar tentang keikhlasan dan pentingnya berbuat baik bagi sesama.
Lebih dari
itu, masjid menjadi tempat di mana saya belajar memimpin. Saya mendapatkan
banyak kesempatan untuk berbicara di depan umum, mengelola kegiatan, dan
berinteraksi dengan berbagai kalangan. Semua ini menjadi bekal berharga bagi
saya dalam memahami arti kepemimpinan yang sejati—bukan sekadar berada di
posisi tertinggi, tetapi tentang melayani dan menginspirasi.
Pengabdian di Masjid Al Islah
Al Irsyad Al Islamiyah
Di Masjid Al
Islah Al Irsyad Al Islamiyah, saya mendapatkan kesempatan untuk mengabdi dengan
mengajar mengaji anak-anak di sekitar masjid. Selain itu, saya juga diberi
kepercayaan sebagai muadzin, imam shalat, dan khatib khutbah Jumat. Tugas-tugas
ini tidak hanya meningkatkan pemahaman saya terhadap Islam, tetapi juga melatih
keterampilan berbicara di depan umum, kepemimpinan, dan rasa tanggung jawab
terhadap komunitas. Berada di lingkungan masjid yang penuh dengan aktivitas
keagamaan membuat saya semakin memahami arti dari kebermanfaatan dan
pengabdian.
Mengajar
anak-anak mengaji adalah salah satu pengalaman yang paling berkesan. Saya
melihat bagaimana semangat belajar mereka, meskipun dalam kondisi sederhana,
begitu besar. Setiap huruf yang mereka lafalkan, setiap ayat yang mereka hafal,
memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Di sisi lain, menjadi imam shalat
dan khatib Jumat mengajarkan saya pentingnya mendalami ilmu agama serta
bagaimana menyampaikan pesan yang bisa menyentuh hati jamaah.
Kiprah di Masjid Al Haq
Muhammadiyah Palu
Perjalanan
saya berlanjut di Masjid Al Haq Muhammadiyah Palu, tempat di mana saya lebih
banyak terlibat dalam gerakan kepemudaan dan sosial. Di sini, saya dipercaya
menjadi Ketua Remaja Islam Masjid (Risma) dan dilantik oleh Walikota Palu saat
itu, Bapak H. Rusdy Mastura. Risma Al Haq Muhammadiyah Palu dikenal sebagai
salah satu organisasi kepemudaan yang paling aktif di Kota Palu, dengan
berbagai kegiatan seperti diskusi publik bertajuk "Mungkinkah Syiah dan
Sunnah Bersatu?", Debat Kandidat Calon Walikota Palu Tahun 2010, bedah
buku "Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century", serta
demonstrasi untuk merespons realitas sosial keumatan.
Mengelola
organisasi pemuda di masjid mengajarkan saya bagaimana membangun tim yang
solid. Saya belajar bahwa untuk mencapai tujuan bersama, komunikasi yang baik
dan saling percaya sangatlah penting. Setiap kegiatan yang kami lakukan bukan
sekadar aktivitas biasa, tetapi menjadi sarana untuk membangun kesadaran dan
kepedulian terhadap lingkungan sosial dan umat Islam secara lebih luas.
Diskusi dan
debat yang kami adakan sering kali mengundang berbagai tokoh, akademisi, dan
masyarakat umum. Dari sini, saya semakin memahami pentingnya dialog dalam
menyelesaikan perbedaan dan mencari solusi yang lebih baik. Momen-momen ini
memperkaya wawasan saya tentang Islam, politik, dan kehidupan bermasyarakat.
Pembelajaran dari Kepemimpinan
dan Organisasi
Keterlibatan
dalam berbagai aktivitas di dua masjid ini mengajarkan saya banyak hal tentang
kepemimpinan, manajemen organisasi, serta pentingnya memiliki visi dalam setiap
langkah yang diambil. Saya belajar bahwa kepemimpinan bukan sekadar mengatur
atau memimpin sebuah acara, tetapi juga tentang melayani dan memberikan
inspirasi kepada orang lain. Pengalaman ini juga memperkaya keterampilan
komunikasi dan diplomasi saya dalam berinteraksi dengan berbagai kalangan
masyarakat.
Saya juga
belajar bahwa kepemimpinan yang baik membutuhkan empati dan pemahaman mendalam
terhadap kebutuhan orang lain. Seorang pemimpin tidak bisa hanya mengandalkan
otoritas, tetapi harus bisa menggerakkan orang-orang dengan nilai dan
keteladanan. Masjid menjadi tempat di mana saya belajar tentang kepemimpinan
berbasis nilai dan etika, sesuatu yang sangat penting dalam berbagai aspek
kehidupan.
Dampak Jangka Panjang dalam
Kehidupan
Masjid tidak
hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang bagi anak muda untuk
mengembangkan diri, membangun jaringan, dan berkontribusi bagi masyarakat.
Nilai-nilai yang saya peroleh dari pengalaman ini terus saya bawa dalam
perjalanan hidup saya, baik dalam dunia akademik, sosial, maupun profesional.
Prinsip kepemimpinan yang saya pelajari di masjid masih menjadi pedoman dalam
berbagai aktivitas yang saya jalani hingga saat ini, termasuk dalam dunia kerja
dan organisasi.
Kehidupan di
masjid juga mengajarkan saya pentingnya keseimbangan antara spiritualitas dan
aktivitas sosial. Di satu sisi, kita harus terus mendekatkan diri kepada Allah
melalui ibadah dan doa. Di sisi lain, kita juga harus aktif berbuat baik kepada
sesama, membantu mereka yang membutuhkan, dan terus memperjuangkan nilai-nilai
kebaikan di tengah masyarakat.
Tinggal di
masjid memberikan saya pengalaman berharga dalam membentuk karakter, memperkuat
spiritualitas, dan menanamkan kepedulian sosial. Dari mengajar mengaji hingga
memimpin organisasi pemuda, setiap langkah yang saya ambil memberikan
kontribusi besar dalam kehidupan saya. Masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi
juga tempat belajar dan berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik, serta
membawa manfaat bagi orang lain. Pengalaman ini membuktikan bahwa masjid bisa
menjadi pusat transformasi sosial bagi generasi muda yang ingin berkontribusi
lebih dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar