Pelajar Islam Indonesia (PII)
merupakan organisasi yang telah menorehkan jejak panjang dalam pembentukan
karakter, kepemimpinan, dan wawasan keislaman bagi pelajar di Indonesia. Di
berbagai daerah, PII bukan sekedar organisasi, namun menjadi rumah bagi para
pelajar untuk tumbuh dan berkembang dalam bingkai Islam. Salah satu daerah yang
pernah merasakan kejayaan PII adalah Kabupaten Tolitoli, Sulawesi
Tengah.
Di masa keemasannya, PII Tolitoli
bukan sekadar organisasi pelajar biasa. Ia menjadi pusat gerakan intelektual,
spiritual, dan sosial bagi pelajar Muslim di daerah ini. Setiap
tahunnya, lebih dari 1.000 kader baru lahir dari berbagai sekolah, menciptakan
ekosistem kepemimpinan yang kokoh dan regenerasi yang berkelanjutan. Namun,
seiring berjalannya waktu, konflik internal mulai merongrong organisasi ini.
Perbedaan tampilan dan lemahnya sistem pelatihan membuat PII Tolitoli mulai
kehilangan arah, hingga akhirnya mengalami kevakuman total pada tahun
2010 .
Meski begitu, semangat untuk
menghidupkan kembali PII di Tolitoli tidak pernah benar-benar mati. Tahun
2024 menjadi titik balik kebangkitan organisasi ini, dipelopori oleh para
alumni yang pernah merasakan manfaat besar dari PII. Dengan strategi
yang lebih matang dan komitmen yang lebih kuat, mereka merancang kebangkitan
PII dengan langkah-langkah yang lebih terstruktur. Bukan sekedar
menghidupkan kembali, tetapi memastikan bahwa PII Tolitoli akan tetap eksis dan
berkembang untuk generasi mendatang.
Sebagai langkah strategis, pada
bulan Ramadhan tahun 2025, PW PII Sulawesi Tengah akan
menyelenggarakan Batra di SMK 1 Tolitoli pada 7–13
Maret 2025 . Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Keluarga
Besar PII Tolitoli, yang dipimpin oleh Kanda Hamdani Achmad, S.Pd,
serta para alumni PII Tolitoli yang kini berada di luar daerah. Dengan
peserta sebanyak 527 orang, Batra ini menjadi momentum emas untuk membentuk
kembali Pengurus Daerah (PD) PII Tolitoli. Harapannya, ini akan
menjadi awal dari kebangkitan yang lebih besar, dengan sistem kaderisasi yang
lebih kokoh dan pembinaan yang lebih berkelanjutan.
Masa
Kejayaan PII Tolitoli
Bayangkan sebuah organisasi pelajar
yang begitu hidup, dengan kader-kader yang penuh semangat menghadiri setiap
pengajian, diskusi, dan kegiatan sosial. Itulah gambaran PII Tolitoli di masa
kejayaannya pada awal tahun 2000-an . Organisasi ini tidak
hanya menjadi wadah belajar dan berorganisasi, tetapi juga pusat pergerakan
pelajar yang mampu memberikan dampak luas bagi masyarakat.
Dari tahun 2003 hingga 2009,
PII Tolitoli mencapai puncak kejayaan. SMA Negeri di
Tolitoli menjadi penyumbang kader terbanyak, sementara kader-kader dari sekolah
lain ikut aktif dalam setiap kegiatan. Pada masa itu, lebih dari 1.000
kader baru lahir setiap tahunnya, menciptakan kepemimpinan ekosistem yang
berkelanjutan.
Kegiatan PII Tolitoli berjalan
secara sistematis dan terstruktur , mencakup:
1.
Pra
Batra setiap Sabtu–Minggu →
sebagai tahap awal pengenalan dan pelatihan bagi calon kader.
2.
Batra
saat libur semester dan bulan puasa →
pelatihan intensif yang mencetak kader-kader tangguh, siap berkontribusi di
masyarakat.
3.
Pengajian
dan Ta'lim mingguan →
Memperkuat ruhiyah dan pemahaman Islam kader.
4.
Tabligh
Akbar, Dialog Pelajar, dan Simposium →
menjadi ajang kaderisasi intelektual serta membangun kesadaran sosial.
5.
Students Camp → kegiatan outdoor yang
memadukan pelatihan kepemimpinan dan spiritualitas dalam suasana alam terbuka.
PII tidak hanya melahirkan
pemimpin, tetapi juga membentuk karakter para pelajar. Alumni PII Tolitoli banyak
yang kini berkiprah sebagai akademisi, aktivis, pemimpin daerah, dan
profesional di berbagai bidang. Mereka membawa nilai-nilai yang ditanamkan PII
dalam setiap langkah kehidupannya.
Kemunduran
dan Vakumnya PII Tolitoli
Namun, kejayaan itu perlahan
memudar. Sejak tahun 2008, PII Tolitoli mulai mengalami rendering,
yang berpuncak pada kevakuman total pada tahun 2010 .
Apa
yang terjadi?
1.
Konflik
internal di kepengurusan daerah →
Perbedaan pandangan dalam kepemimpinan menyebabkan disharmoni, sehingga roda
organisasi melambat.
2.
Minimnya
regenerasi dan pendampingan →
Pengurus daerah yang telah lulus SMA tidak memiliki pengganti yang siap
mengambil kepemimpinan estafet.
3.
Isu sektarian
Sunni-Syiah →
Perdebatan teologis mulai merambah ke internal organisasi, menciptakan
polarisasi yang memperlemah kebersamaan.
Sejak saat itu, berbagai upaya
kebangkitan telah dilakukan, namun selalu menghadapi kendala:
1.
2010–2015, beberapa kali Pra Batra
di STM Tolitoli, tetapi gagal mencapai tahap pembentukan pengurus daerah.
2.
2016, sukses menggelar Batra di
MAN Tolitoli, namun tanpa tindak lanjut yang solid, kader-kader kembali
tidak aktif.
3.
2018, PD PII Tolitoli kembali terbentuk
dan sempat aktif beberapa waktu, tetapi kaderisasi kembali terhenti karena
pengurusnya merantau ke luar kota.
Ketiadaan pendampingan dari PW
PII Sulawesi Tengah menjadi salah satu penyebab utama kevakuman PII
Tolitoli selama bertahun-tahun.
Kebangkitan
dan Harapan Baru untuk PII Tolitoli
Kini, di tahun 2024,
harapan itu kembali menyala. Para alumni PII yang pernah merasakan
manfaat besar dari organisasi ini berinisiatif untuk menghidupkan kembali PII
Tolitoli.
Dipimpin oleh Mirza,
Sardah, dan Andi Nur Syamsu, mereka menyusun strategi untuk memastikan
kebangkitan PII kali ini lebih terarah dan berkelanjutan. Roadmap
kebangkitan PII Tolitoli dimulai dengan:
1.
Pra
Batra di SMA 1, MAN, dan SMK Tolitoli →
tahap awal pembentukan kader baru.
2.
Batra
di SMK 1 Tolitoli (7–13 Maret 2025) →
dengan peserta 527 orang, menjadi momentum besar dalam sejarah PII
Tolitoli.
3.
Pembentukan
kembali Pengurus Daerah PII Tolitoli →
memastikan keinginan organisasi dengan kepemimpinan yang lebih solid.
Kegiatan ini mendapat dukungan
penuh dari Keluarga Besar PII Tolitoli, Kanda Hamdani Achmad, S.Pd, dan
alumni PII di luar daerah . Kali ini, kebangkitan PII Tolitoli
bukan sekedar euforia sesaat, namun benar-benar sebuah pergerakan yang
terencana.
Kesimpulan:
PII Tolitoli, Bangkit untuk Masa Depan
Kebangkitan PII Tolitoli bukan
sekedar mengenang kejayaan masa lalu, namun membangun masa depan baru
bagi pelajar Muslim di Tolitoli .
Dengan strategi yang lebih matang,
dukungan alumni yang kuat, serta sistem kaderisasi yang berkelanjutan, PII
Tolitoli siap kembali menjadi organisasi yang melahirkan generasi pemimpin masa
depan.
Ini bukan akhir, tapi awal
dari perjuangan baru. Saatnya PII Tolitoli bangkit dan kembali
menjadi wadah perjuangan bagi pelajar Muslim!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar