Kamis, 27 Februari 2025

Bahagia Belajar: Menemukan Diri di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan


Tidak ada yang lebih membahagiakan selain menemukan tempat yang tepat untuk bertumbuh dan berkembang. Setelah perjalanan panjang menyelesaikan studi sarjana yang penuh tantangan, saya akhirnya melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2014, mengambil Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Pilihan ini bukan hanya sekadar keputusan akademik, tetapi juga jawaban atas pencarian jati diri yang selama ini saya perjuangkan.

Dari hari pertama kuliah, saya merasakan perbedaan yang begitu besar. Tidak ada lagi perasaan salah jurusan atau terpaksa menjalani sesuatu yang bukan minat saya. Setiap mata kuliah yang diajarkan terasa begitu relevan dan menarik. Diskusi-diskusi yang dilakukan di kelas bukan sekadar memenuhi tugas akademik, tetapi menjadi ruang refleksi yang mendalam. Saya benar-benar menikmati setiap proses pembelajaran, merasa bahwa inilah dunia yang selama ini saya cari.

Di program ini, saya belajar banyak tentang bagaimana ilmu penyuluhan dapat menjadi alat perubahan sosial. Saya memahami betapa pentingnya komunikasi dalam pembangunan, bagaimana memberdayakan masyarakat, dan bagaimana ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Mata kuliah yang saya ambil seolah-olah membuka mata saya terhadap realitas sosial yang selama ini luput dari perhatian. Saya semakin yakin bahwa bidang ini adalah panggilan saya, bukan sekadar jalur akademik yang ditempuh demi mendapatkan gelar.

Tantangan dan Pembelajaran yang Berarti

Meskipun saya sangat menikmati kuliah, bukan berarti perjalanan ini bebas dari tantangan. Tugas yang menumpuk, tekanan akademik, serta ekspektasi tinggi dari dosen dan diri sendiri menjadi ujian tersendiri. Namun, karena saya benar-benar menyukai bidang ini, tantangan tersebut terasa sebagai bagian dari proses pertumbuhan. Saya belajar bagaimana mengelola waktu dengan lebih baik, bekerja dalam tim dengan efektif, dan berpikir kritis dalam menyusun argumen serta solusi.

Salah satu pengalaman paling berkesan adalah saat saya terlibat dalam proyek lapangan. Berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mencoba menerapkan teori yang saya pelajari di kelas membuat saya semakin memahami bahwa ilmu penyuluhan bukan sekadar konsep, tetapi memiliki dampak nyata bagi kehidupan orang lain. Setiap interaksi dengan masyarakat memberi saya wawasan baru, mengajarkan saya bahwa penyuluhan bukan tentang menggurui, tetapi tentang mendengarkan, memahami, dan bersama-sama mencari solusi.

Perjalanan yang Lebih Cepat dari Dugaan

Berbeda dengan pengalaman saya saat menempuh studi sarjana yang memakan waktu lebih dari enam tahun, kali ini saya mampu menyelesaikan studi magister dalam waktu 2,5 tahun. Semua ini bukan karena jalannya lebih mudah, tetapi karena saya menemukan kebahagiaan dalam belajar. Saat seseorang menikmati apa yang dikerjakan, setiap tantangan menjadi peluang, setiap kesulitan menjadi pelajaran, dan setiap kegagalan menjadi pijakan untuk melangkah lebih jauh.

Menemukan bidang yang sesuai dengan minat dan passion adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan akademik dan profesional. Saya belajar bahwa ketika kita benar-benar mencintai apa yang kita pelajari, prosesnya tidak lagi terasa sebagai beban, melainkan sebagai perjalanan penuh makna.

Menjadi Lebih dari Sekadar Gelar

Ketika akhirnya saya menyelesaikan program magister, saya menyadari bahwa pencapaian ini lebih dari sekadar mendapatkan gelar. Ini adalah perjalanan menemukan diri, membangun kepercayaan diri, dan memahami bagaimana ilmu dapat menjadi alat perubahan. Setiap mata kuliah, diskusi, dan proyek yang saya jalani membentuk saya menjadi pribadi yang lebih matang dan siap menghadapi dunia kerja dengan perspektif yang lebih luas.

IPB bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat saya menemukan makna sejati dalam belajar. Ilmu Penyuluhan Pembangunan bukan hanya jurusan akademik, tetapi jembatan yang menghubungkan saya dengan tujuan hidup yang lebih besar. Kini, saya tidak hanya membawa pulang ijazah, tetapi juga pengalaman, pemahaman, dan keyakinan bahwa saya berada di jalan yang benar.

Perjalanan ini mengajarkan saya bahwa belajar bukan hanya tentang menghafal teori atau mendapatkan nilai tinggi, tetapi tentang bagaimana ilmu dapat mengubah cara kita melihat dunia dan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah esensi dari kebahagiaan dalam belajar—menemukan diri, menjalani proses dengan sepenuh hati, dan siap berbagi ilmu untuk kebaikan yang lebih luas.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemilu 2029 Terpisah, Bukan Serentak: Solusi untuk Demokrasi yang Lebih Sehat

  Tahun 2029 akan menjadi momen penting bagi sistem demokrasi di Indonesia. Pemilu yang selama ini dilakukan secara serentak di mana rakyat ...