Tidak ada yang
lebih membahagiakan selain menemukan tempat yang tepat untuk bertumbuh dan
berkembang. Setelah perjalanan panjang menyelesaikan studi sarjana yang penuh
tantangan, saya akhirnya melanjutkan pendidikan ke jenjang magister di Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2014, mengambil Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan. Pilihan ini bukan hanya sekadar keputusan akademik, tetapi juga
jawaban atas pencarian jati diri yang selama ini saya perjuangkan.
Dari hari
pertama kuliah, saya merasakan perbedaan yang begitu besar. Tidak ada lagi
perasaan salah jurusan atau terpaksa menjalani sesuatu yang bukan minat saya.
Setiap mata kuliah yang diajarkan terasa begitu relevan dan menarik.
Diskusi-diskusi yang dilakukan di kelas bukan sekadar memenuhi tugas akademik,
tetapi menjadi ruang refleksi yang mendalam. Saya benar-benar menikmati setiap
proses pembelajaran, merasa bahwa inilah dunia yang selama ini saya cari.
Di program
ini, saya belajar banyak tentang bagaimana ilmu penyuluhan dapat menjadi alat
perubahan sosial. Saya memahami betapa pentingnya komunikasi dalam pembangunan,
bagaimana memberdayakan masyarakat, dan bagaimana ilmu dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata. Mata kuliah yang saya ambil seolah-olah membuka mata saya
terhadap realitas sosial yang selama ini luput dari perhatian. Saya semakin
yakin bahwa bidang ini adalah panggilan saya, bukan sekadar jalur akademik yang
ditempuh demi mendapatkan gelar.
Tantangan dan Pembelajaran
yang Berarti
Meskipun saya
sangat menikmati kuliah, bukan berarti perjalanan ini bebas dari tantangan.
Tugas yang menumpuk, tekanan akademik, serta ekspektasi tinggi dari dosen dan
diri sendiri menjadi ujian tersendiri. Namun, karena saya benar-benar menyukai
bidang ini, tantangan tersebut terasa sebagai bagian dari proses pertumbuhan.
Saya belajar bagaimana mengelola waktu dengan lebih baik, bekerja dalam tim
dengan efektif, dan berpikir kritis dalam menyusun argumen serta solusi.
Salah satu
pengalaman paling berkesan adalah saat saya terlibat dalam proyek lapangan.
Berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mencoba menerapkan teori yang saya
pelajari di kelas membuat saya semakin memahami bahwa ilmu penyuluhan bukan
sekadar konsep, tetapi memiliki dampak nyata bagi kehidupan orang lain. Setiap
interaksi dengan masyarakat memberi saya wawasan baru, mengajarkan saya bahwa
penyuluhan bukan tentang menggurui, tetapi tentang mendengarkan, memahami, dan
bersama-sama mencari solusi.
Perjalanan yang Lebih Cepat dari Dugaan
Berbeda dengan
pengalaman saya saat menempuh studi sarjana yang memakan waktu lebih dari enam
tahun, kali ini saya mampu menyelesaikan studi magister dalam waktu 2,5 tahun.
Semua ini bukan karena jalannya lebih mudah, tetapi karena saya menemukan
kebahagiaan dalam belajar. Saat seseorang menikmati apa yang dikerjakan, setiap
tantangan menjadi peluang, setiap kesulitan menjadi pelajaran, dan setiap
kegagalan menjadi pijakan untuk melangkah lebih jauh.
Menemukan
bidang yang sesuai dengan minat dan passion adalah kunci utama dalam meraih
kesuksesan akademik dan profesional. Saya belajar bahwa ketika kita benar-benar
mencintai apa yang kita pelajari, prosesnya tidak lagi terasa sebagai beban,
melainkan sebagai perjalanan penuh makna.
Menjadi Lebih dari Sekadar
Gelar
Ketika
akhirnya saya menyelesaikan program magister, saya menyadari bahwa pencapaian
ini lebih dari sekadar mendapatkan gelar. Ini adalah perjalanan menemukan diri,
membangun kepercayaan diri, dan memahami bagaimana ilmu dapat menjadi alat
perubahan. Setiap mata kuliah, diskusi, dan proyek yang saya jalani membentuk
saya menjadi pribadi yang lebih matang dan siap menghadapi dunia kerja dengan
perspektif yang lebih luas.
IPB bukan
hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat saya menemukan makna sejati dalam
belajar. Ilmu Penyuluhan Pembangunan bukan hanya jurusan akademik, tetapi
jembatan yang menghubungkan saya dengan tujuan hidup yang lebih besar. Kini,
saya tidak hanya membawa pulang ijazah, tetapi juga pengalaman, pemahaman, dan
keyakinan bahwa saya berada di jalan yang benar.
Perjalanan ini
mengajarkan saya bahwa belajar bukan hanya tentang menghafal teori atau
mendapatkan nilai tinggi, tetapi tentang bagaimana ilmu dapat mengubah cara
kita melihat dunia dan berkontribusi bagi masyarakat. Inilah esensi dari
kebahagiaan dalam belajar—menemukan diri, menjalani proses dengan sepenuh hati,
dan siap berbagi ilmu untuk kebaikan yang lebih luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar