Kamis, 27 Februari 2025

Fakultas Pertanian: Rumah, Harapan, dan Cahaya yang Tak Padam

 


Bagi sebagian orang, perguruan tinggi hanyalah gerbang dunia kerja, tempat menimba menuju ilmu dan meraih gelar akademik. Namun, bagi kami yang pernah menghabiskan hari-hari di dalamnya, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako bukan sekadar ruang kelas, laboratorium, atau kebun percobaan. Ia adalah rumah—tempat mimpi ditanam, harapan disemai, dan idealisme tumbuh kuat.

Di sini, kami tidak hanya belajar tentang cara mengolah tanah, merawat tanaman, atau meningkatkan produktivitas pertanian. Lebih dari itu, kami belajar tentang kehidupan—tentang bagaimana setiap benih yang ditanam memerlukan ketekunan, tentang bagaimana setiap pertumbuhan membutuhkan pengorbanan, dan tentang bagaimana panen adalah hasil dari kerja keras yang tak mengenal lelah.

Fakultas ini bukan hanya tempat untuk meraih gelar akademik. Ia adalah tempat menempa karakter, membentuk pemikiran, dan menumbuhkan keberanian. Di sini kami belajar untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar diri sendiri.

Langit yang Menjaga, Bintang yang Bersinar

Fakultas Pertanian adalah langit yang luas , menampilkan berbagai bintang yang bersinar dengan cahayanya masing-masing. Setiap mahasiswa adalah bintang—memiliki pemancarnya sendiri, memiliki cahayanya sendiri.

Ada bintang yang memilih bersinar di ruang akademik, mengukir prestasi dalam penelitian, jurnal ilmiah, dan kompetisi nasional. Mereka menempuh jalan panjang dalam mengembangkan inovasi, membawa pertanian ke tingkat yang lebih tinggi, dan memperkenalkan teknologi baru yang bermanfaat bagi bangsa.

Ada pula bintang yang meluncurkan jalur kewirausahaan, membangun usaha pertanian sejak masih duduk di bangku kuliah. Mereka menyadari bahwa pertanian bukan hanya sebatas teori di dalam kelas, tetapi juga ladang nyata untuk menciptakan perubahan ekonomi. Mereka adalah penggerak sektor pertanian yang tidak hanya berpikir tetapi juga bertindak.

Namun, ada juga bintang yang bersinar dalam pergerakan—mereka memahami bahwa pertanian bukan hanya tentang produksi, tetapi juga tentang keadilan, kesejahteraan petani, dan keberpihakan pada rakyat. Mereka inilah yang memilih jalan perjuangan, menghidupkan api idealisme, dan memastikan bahwa fakultas ini tetap menjadi tempat bagi pemikiran kritis dan suara-suara perubahan.

Mereka ada di Himagro, Himahorti, Himapta, Himti, Himagrotek, Himarin, Himater, Hima Sylva, Sagarmata, Pitate, Mahaswara, dan berbagai organisasi mahasiswa lainnya. Bagi mereka, fakultas ini bukan hanya tempat untuk mengejar nilai, tetapi juga ruang bagi gerakan, perlawanan, dan pembelaan terhadap mereka yang sering kali terpinggirkan dalam kebijakan pertanian.

Menari di Langit Idealisme: Perjuangan yang Tak Mengenal Lelah

Menjadi aktivis bukan sekadar duduk di ruang rapat, berbicara di forum-forum diskusi, atau mengorganisir aksi pemaksaan. Menjadi aktivis berarti menulis dalam surat, bergerak di antara kenyataan dan harapan.

Ada kalanya langkah kami sumbang, ada kalanya ritme kami tidak sejalan, tetapi satu hal yang pasti—kami terus bergerak. Kami menari bukan untuk diperhatikan, tetapi karena kami percaya bahwa perubahan harus diperjuangkan.

Kami sadar bahwa tidak semua orang memahami, dan tidak semua orang peduli. Kami juga tahu bahwa menjadi aktivis berarti siap menghadapi kritik, cemoohan, dan sering kali ketidakpedulian. Namun, satu hal yang membuat kami tetap bertahan adalah kesadaran bahwa fakultas ini bukan sekadar tempat mencari gelar, tetapi juga ruang untuk menempa keberanian dan kepedulian.

Kami menari di bawah langit Pertanian, bukan karena ingin dikenal, tetapi karena kami percaya bahwa ilmu tanpa keberpihakan adalah ilmu yang hampa. Kami menolak menjadi generasi yang hanya menghafal teori tanpa memahami kenyataan. Kami menolak menjadi mahasiswa yang hanya datang untuk kuliah, lalu pergi tanpa meninggalkan jejak perjuangan.

Meski langit mendung oleh hedonisme, meski awan gelap pragmatisme mengelayut, kami tetap percaya pada bintang-bintang yang terus menari. Karena kami tahu, jika bintang-bintang berhenti bersinar, langit akan kehilangan maknanya.

Cahaya yang Tak Pernah Padam

Waktu akan terus berlalu. Generasi demi generasi akan datang dan pergi. Fakultas ini akan terus melahirkan mahasiswa baru, dengan semangat baru dan tantangan baru. Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah berubah: Fakultas Pertanian akan selalu menjadi rumah bagi mereka yang ingin belajar, bergerak, dan berjuang.

Bintang-bintang boleh berguguran, tetapi langit tak akan pernah kehilangan cahayanya. Ada yang datang dan ada yang pergi, namun perjuangan tak akan berhenti. Fakultas ini akan terus menjadi tempat bagi mereka yang ingin berpikir kritis, bertindak nyata, dan berjuang untuk masa depan pertanian yang lebih baik.

Kami tahu, suatu hari nanti kami akan meninggalkan kampus ini. Namun, kami ingin pergi dengan meninggalkan sesuatu— bukan sekadar transkrip nilai, tetapi juga jejak langkah perjuangan.

Fakultas ini telah memberi kami ilmu, pengalaman, dan kebebasan berpikir. Kini, tugas kami adalah menjaga agar cahaya itu tidak padam.

Epilog: Sebuah Pertanyaan untuk Kita Semua

Setiap dari kita adalah bintang di langit Fakultas Pertanian. Mungkin ada yang cahayanya terang, mungkin ada yang masih redup, mungkin ada yang nyaris padam.

Tetapi, satu pertanyaan harus kita jawab bersama:

Apakah kita akan tetap bersinar, atau memilih untuk tenggelam dalam kegelapan?

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Pandemi Jadi Momentum: Menyatukan Ilmu, Budaya, dan Spiritualitas Lewat Webinar

  Pandemi COVID-19 datang tanpa aba-aba. Mengubah wajah dunia dalam waktu singkat. Membatasi ruang gerak manusia, membekukan banyak aktivita...