Bagi sebagian
orang, perguruan tinggi hanyalah gerbang dunia kerja, tempat menimba menuju
ilmu dan meraih gelar akademik. Namun, bagi kami yang pernah menghabiskan
hari-hari di dalamnya, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako bukan sekadar
ruang kelas, laboratorium, atau kebun percobaan. Ia adalah rumah—tempat
mimpi ditanam, harapan disemai, dan idealisme tumbuh kuat.
Di sini, kami
tidak hanya belajar tentang cara mengolah tanah, merawat tanaman, atau
meningkatkan produktivitas pertanian. Lebih dari itu, kami belajar tentang
kehidupan—tentang bagaimana setiap benih yang ditanam memerlukan ketekunan,
tentang bagaimana setiap pertumbuhan membutuhkan pengorbanan, dan tentang
bagaimana panen adalah hasil dari kerja keras yang tak mengenal lelah.
Fakultas ini
bukan hanya tempat untuk meraih gelar akademik. Ia adalah tempat menempa
karakter, membentuk pemikiran, dan menumbuhkan keberanian. Di sini kami
belajar untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar diri
sendiri.
Langit yang Menjaga, Bintang
yang Bersinar
Fakultas
Pertanian adalah langit yang luas , menampilkan berbagai bintang yang
bersinar dengan cahayanya masing-masing. Setiap mahasiswa adalah bintang—memiliki
pemancarnya sendiri, memiliki cahayanya sendiri.
Ada bintang
yang memilih bersinar di ruang akademik, mengukir prestasi dalam penelitian,
jurnal ilmiah, dan kompetisi nasional. Mereka menempuh jalan panjang dalam
mengembangkan inovasi, membawa pertanian ke tingkat yang lebih tinggi, dan
memperkenalkan teknologi baru yang bermanfaat bagi bangsa.
Ada pula
bintang yang meluncurkan jalur kewirausahaan, membangun usaha pertanian sejak
masih duduk di bangku kuliah. Mereka menyadari bahwa pertanian bukan hanya
sebatas teori di dalam kelas, tetapi juga ladang nyata untuk menciptakan
perubahan ekonomi. Mereka adalah penggerak sektor pertanian yang tidak hanya
berpikir tetapi juga bertindak.
Namun, ada
juga bintang yang bersinar dalam pergerakan—mereka memahami bahwa pertanian
bukan hanya tentang produksi, tetapi juga tentang keadilan, kesejahteraan
petani, dan keberpihakan pada rakyat. Mereka inilah yang memilih jalan
perjuangan, menghidupkan api idealisme, dan memastikan bahwa fakultas ini tetap
menjadi tempat bagi pemikiran kritis dan suara-suara perubahan.
Mereka ada di Himagro,
Himahorti, Himapta, Himti, Himagrotek, Himarin, Himater, Hima Sylva, Sagarmata,
Pitate, Mahaswara, dan berbagai organisasi mahasiswa lainnya. Bagi mereka,
fakultas ini bukan hanya tempat untuk mengejar nilai, tetapi juga ruang bagi
gerakan, perlawanan, dan pembelaan terhadap mereka yang sering kali
terpinggirkan dalam kebijakan pertanian.
Menari di Langit Idealisme:
Perjuangan yang Tak Mengenal Lelah
Menjadi
aktivis bukan sekadar duduk di ruang rapat, berbicara di forum-forum diskusi,
atau mengorganisir aksi pemaksaan. Menjadi aktivis berarti menulis dalam
surat, bergerak di antara kenyataan dan harapan.
Ada kalanya
langkah kami sumbang, ada kalanya ritme kami tidak sejalan, tetapi satu hal
yang pasti—kami terus bergerak. Kami menari bukan untuk diperhatikan, tetapi
karena kami percaya bahwa perubahan harus diperjuangkan.
Kami sadar
bahwa tidak semua orang memahami, dan tidak semua orang peduli. Kami juga tahu
bahwa menjadi aktivis berarti siap menghadapi kritik, cemoohan, dan sering kali
ketidakpedulian. Namun, satu hal yang membuat kami tetap bertahan adalah kesadaran
bahwa fakultas ini bukan sekadar tempat mencari gelar, tetapi juga ruang untuk
menempa keberanian dan kepedulian.
Kami menari
di bawah langit Pertanian, bukan karena ingin dikenal, tetapi karena kami
percaya bahwa ilmu tanpa keberpihakan adalah ilmu yang hampa. Kami menolak
menjadi generasi yang hanya menghafal teori tanpa memahami kenyataan. Kami
menolak menjadi mahasiswa yang hanya datang untuk kuliah, lalu pergi tanpa
meninggalkan jejak perjuangan.
Meski langit
mendung oleh hedonisme, meski awan gelap pragmatisme mengelayut, kami tetap
percaya pada bintang-bintang yang terus menari. Karena kami tahu, jika
bintang-bintang berhenti bersinar, langit akan kehilangan maknanya.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Waktu akan
terus berlalu. Generasi demi generasi akan datang dan pergi. Fakultas ini akan
terus melahirkan mahasiswa baru, dengan semangat baru dan tantangan baru.
Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah berubah: Fakultas Pertanian akan
selalu menjadi rumah bagi mereka yang ingin belajar, bergerak, dan berjuang.
Bintang-bintang
boleh berguguran, tetapi langit tak akan pernah kehilangan cahayanya. Ada yang
datang dan ada yang pergi, namun perjuangan tak akan berhenti. Fakultas ini
akan terus menjadi tempat bagi mereka yang ingin berpikir kritis, bertindak
nyata, dan berjuang untuk masa depan pertanian yang lebih baik.
Kami tahu,
suatu hari nanti kami akan meninggalkan kampus ini. Namun, kami ingin pergi
dengan meninggalkan sesuatu— bukan sekadar transkrip nilai, tetapi juga
jejak langkah perjuangan.
Fakultas ini
telah memberi kami ilmu, pengalaman, dan kebebasan berpikir. Kini, tugas kami
adalah menjaga agar cahaya itu tidak padam.
Epilog: Sebuah Pertanyaan
untuk Kita Semua
Setiap dari
kita adalah bintang di langit Fakultas Pertanian. Mungkin ada yang cahayanya
terang, mungkin ada yang masih redup, mungkin ada yang nyaris padam.
Tetapi, satu
pertanyaan harus kita jawab bersama:
Apakah kita akan tetap
bersinar, atau memilih untuk tenggelam dalam kegelapan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar