Sabtu, 08 Maret 2025

PII Tolitoli dan Para Pendidik yang Menginspirasi: Mengenang Ibu Aiman Yunus, Drs. Colla Gauk dan Yunus Hamid



Bayangkan sejenak masa-masa di bangku sekolah. Di antara tumpukan buku dan tugas yang menumpuk, ada satu mata pelajaran yang sering kali menjadi momok bagi sebagian siswa: Pendidikan Agama Islam. Nilai agama rendah? Itu bisa jadi masalah besar.

Bagi banyak siswa SMAN 1 Tolitoli pada masanya, solusi cepatnya adalah mengikuti Leadership Basic Training (LBT) yang diselenggarakan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII). Awalnya, banyak yang ikut hanya karena takut nilai agama mereka turun drastis, bahkan ada yang khawatir mendapat angka merah. Tapi siapa sangka, di balik keterpaksaan itu, mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga—sebuah pengalaman yang mengubah cara pandang mereka tentang Islam, kepemimpinan, dan kehidupan.

Namun, keberadaan PII di Tolitoli tidak muncul begitu saja. Ada sosok-sosok yang berjuang di belakang layar, memastikan bahwa organisasi ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi wadah bagi pelajar Muslim untuk menempa diri. Tiga nama yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah PII Tolitoli adalah almarhumah Ibu Aiman Yunus, Drs. Colla Gauk, dan Yunus Hamid.

Ibu Aiman Yunus: Ketegasan yang Mengubah Hidup

Siapa yang tidak mengenal Ibu Aiman Yunus? Bagi siswa SMAN 1 Tolitoli di masanya, beliau bukan sekadar guru agama, tetapi juga seorang pembimbing spiritual dan motivator sejati. Ketegasannya sering membuat siswa merasa gentar, tetapi di balik itu, beliau adalah sosok yang penuh kasih sayang dan peduli terhadap perkembangan siswanya.

“Kalau kamu tidak ikut kegiatan agama, bagaimana mau lulus dengan nilai baik?” kalimat ini mungkin sering terdengar dari beliau. Bukan sekadar ancaman, tetapi sebuah dorongan agar siswa tidak hanya melihat agama sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai pedoman hidup.

Ketika banyak siswa merasa LBT hanyalah kewajiban tambahan, beliau dengan sabar membimbing mereka melewati proses itu. Dan hasilnya? Setelah mengikuti LBT, banyak siswa yang merasa lebih percaya diri, lebih berani berbicara di depan umum, dan lebih memahami bagaimana Islam bukan hanya sekadar teori di kelas, tetapi harus dihidupkan dalam keseharian mereka.

Kini, Ibu Aiman Yunus telah berpulang, tetapi semangat dan nilai-nilai yang beliau tanamkan tetap hidup dalam diri para siswa yang pernah dibimbingnya. Namanya mungkin tidak lagi disebut dalam keseharian, tetapi pengaruhnya akan selalu terasa bagi mereka yang pernah merasakan ketegasan dan kasih sayangnya.

Drs. Colla Gauk: Kepala Sekolah yang Berpikir Jauh ke Depan

Tidak semua kepala sekolah memiliki keberanian untuk mendukung organisasi Islam di sekolahnya, tetapi Drs. Colla Gauk adalah pengecualian. Sebagai kepala sekolah SMAN 1 Tolitoli saat itu, beliau melihat PII bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

Beliau memahami bahwa sekolah tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang membangun generasi muda yang siap menghadapi tantangan hidup. Oleh karena itu, ketika ada inisiatif untuk mengembangkan PII di SMAN 1 Tolitoli, beliau dengan tangan terbuka memberikan dukungan penuh.

Berkat dukungannya, banyak siswa yang akhirnya mengenal PII dan mendapatkan manfaat dari berbagai programnya. LBT, diskusi keislaman, hingga kegiatan sosial yang melibatkan siswa dalam membantu masyarakat, semua itu menjadi bagian dari pembentukan karakter yang beliau dukung.

Dalam diam, beliau telah mencetak banyak pemimpin masa depan. Banyak alumni PII dari SMAN 1 Tolitoli yang kini berkiprah di berbagai bidang, dari dunia akademik, pemerintahan, hingga wirausaha. Semua itu berawal dari sebuah keputusan sederhana: memberikan ruang bagi organisasi kepemudaan untuk berkembang.

Yunus Hamid: Sang Pembina yang Tak Pernah Lelah

Di luar lingkungan sekolah, PII di Tolitoli juga memiliki seorang sosok yang selalu berusaha menjaga keberlanjutannya: Yunus Hamid. Sebagai Ketua Keluarga Besar PII Tolitoli, beliau bukan hanya seorang pembina, tetapi juga mentor yang tak pernah lelah mendampingi generasi muda.

Jika ada tantangan dalam menjalankan organisasi, beliau adalah orang pertama yang hadir dengan solusi. Jika ada kader yang ragu dalam melangkah, beliau adalah orang pertama yang memberikan dorongan. Bagi banyak anggota PII, Yunus Hamid bukan hanya seorang pembina, tetapi juga seorang ayah yang selalu siap membimbing mereka dalam menemukan arah hidupnya.

Komitmen beliau terhadap PII bukanlah sesuatu yang muncul sesaat, tetapi sebuah dedikasi jangka panjang yang terus memberikan dampak hingga saat ini. Berkat beliau, regenerasi di PII Tolitoli terus berjalan, dan semangat kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai Islam tetap hidup dalam diri para kader muda.

Jejak Mereka, Warisan yang Tak Tergantikan

Hari ini, PII Tolitoli terus berkembang, melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang siap menghadapi masa depan dengan bekal nilai Islam dan keterampilan kepemimpinan. Semua ini tidak lepas dari peran para pendidik yang telah lebih dulu menanamkan benih kebaikan.

Bagi generasi muda yang kini berada di PII, kisah ini bukan sekadar sejarah, tetapi sebuah panggilan untuk meneruskan perjuangan. Apa yang telah dilakukan oleh Ibu Aiman Yunus, Drs. Colla Gauk, dan Yunus Hamid bukan hanya untuk generasi mereka, tetapi juga untuk kita semua yang masih memiliki kesempatan untuk melanjutkan apa yang telah mereka mulai.

Jadi, apa yang bisa kita lakukan sekarang?

Mungkin kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengucapkan terima kasih secara langsung kepada mereka. Tetapi kita bisa memastikan bahwa warisan mereka tetap hidup. Kita bisa menjadi guru yang menginspirasi seperti Ibu Aiman, pemimpin yang berpikir jauh ke depan seperti Drs. Colla Gaul, atau pembina yang setia mendampingi generasi muda seperti Yunus Hamid.

Karena pada akhirnya, sejarah tidak ditulis oleh orang-orang yang hanya mengenang masa lalu. Sejarah ditulis oleh mereka yang mengambil inspirasi dari masa lalu dan menggunakannya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Terima kasih, Ibu Aiman Yunus, Drs. Colla Gauk, dan Yunus Hamid. Perjuangan kalian tidak akan sia-sia.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkebun di Pekarangan Rumah: Hemat, Sehat, dan Menyenangkan

Hidup di era modern membuat banyak orang terjebak dalam rutinitas yang padat dan tekanan yang tak kunjung usai. Di tengah segala kesibukan, ...