Senin, 17 Februari 2025

Ditemukan oleh Cinta: Dari Asing Menjadi Pasangan Sejati

 


Pertemuan Tak Terduga di Tengah Keramaian

Tidak ada yang bisa menebak bagaimana cinta akan datang. Terkadang ia hadir dalam bentuk kejutan kecil, di tempat yang tidak terduga. Begitulah awal kisah kami.

Tahun 2012, di salah satu mal di Makassar, seorang sahabat memperkenalkan kami. Saat itu, kami hanya dua orang asing yang bertemu dalam percakapan singkat. Tidak ada kesan mendalam, tidak ada firasat bahwa pertemuan itu akan mengubah hidup kami. Kami berbincang seadanya, lalu kembali ke kehidupan masing-masing. Aku kembali ke Palu, dan dia ke Malili, Sulawesi Selatan.

Namun, takdir punya caranya sendiri untuk mempertemukan kembali dua hati yang seharusnya bersama. Dari sekadar perkenalan biasa, komunikasi kami mulai berlanjut. Awalnya, hanya percakapan ringan, bertukar kabar sesekali. Tapi perlahan, ada sesuatu yang tumbuh di antara kami—sebuah keterikatan yang tidak mudah dijelaskan.

Menjalani 7 Tahun LDR: Cinta yang Diuji Jarak dan Waktu

Menjalani hubungan jarak jauh (LDR) bukanlah hal yang mudah. Kami tinggal di kota yang berbeda, dengan kesibukan masing-masing. Aku di Palu, dia di Malili. Jarak yang memisahkan membuat kami harus lebih mengandalkan komunikasi.

Di era ketika video call dan internet belum secepat sekarang, kami mengandalkan pesan dan telepon untuk tetap terhubung. Ada masa-masa sulit ketika perbedaan waktu dan kesibukan membuat komunikasi kami terbatas. Ada momen di mana keraguan muncul—apakah hubungan ini bisa bertahan? Apakah kami benar-benar ditakdirkan untuk bersama?

Namun, selama tujuh tahun itu, satu hal yang selalu kami pegang: keyakinan. Kami percaya bahwa cinta bukan hanya tentang kehadiran fisik, tetapi tentang bagaimana dua orang tetap saling mendukung meskipun terpisah oleh jarak. Setiap percakapan, setiap pesan yang dikirimkan di tengah kesibukan, adalah bukti bahwa kami masih saling peduli.

Aku melanjutkan studi S2 di IPB pada tahun 2014, yang semakin memperpanjang jarak di antara kami. Tapi justru di titik ini, hubungan kami semakin diuji dan semakin kuat. Kami belajar untuk lebih sabar, lebih memahami satu sama lain, dan lebih menghargai setiap momen kecil yang bisa kami bagikan.

Titik Balik: Memutuskan untuk Bersama Selamanya

Tahun demi tahun berlalu. Kami sudah terlalu lama hidup dengan jarak di antara kami. Kami sadar, jika terus menunda, mungkin akan semakin sulit untuk benar-benar bersama.

Tahun 2019, kami akhirnya mengambil keputusan besar: menikah. Itu bukan keputusan yang diambil dalam satu malam, tetapi hasil dari tujuh tahun perjalanan panjang, penuh perjuangan, rindu, dan ketidakpastian.

Pernikahan kami bukan hanya tentang menyatukan dua hati, tetapi juga tentang menyatukan dua kehidupan yang telah lama berjalan di jalurnya masing-masing. Kami tahu bahwa pernikahan bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari perjalanan yang lebih menantang.

Hidup Setelah Menikah: Merangkai Mimpi Bersama

Setelah menikah, kehidupan kami memasuki babak baru. Kami harus beradaptasi, bukan hanya dengan kebiasaan masing-masing, tetapi juga dengan realitas kehidupan rumah tangga.

Kami tinggal sementara di rumah orang tuaku. Itu bukan rencana awal kami, tetapi dalam hidup, tidak semua hal bisa berjalan sesuai skenario yang kita buat. Kami harus lebih sabar, lebih bijak dalam mengatur keuangan, dan lebih memahami satu sama lain.

Ada hari-hari di mana aku merasa khawatir—apakah aku bisa memberi kehidupan yang cukup baik untuknya? Apakah aku bisa menjadi suami yang diharapkannya? Tapi di saat-saat seperti itu, dia selalu menunjukkan bahwa yang terpenting bukan seberapa banyak yang kami miliki, melainkan bagaimana kami bisa bertahan dan membangun masa depan bersama.

Cinta yang Ditemukan Kembali Setiap Hari

Jika melihat ke belakang, aku sadar bahwa perjalanan ini adalah bagian dari takdir yang telah disusun dengan begitu rapi. Dari pertemuan singkat di Makassar, ke tujuh tahun LDR yang penuh rindu, hingga akhirnya menikah dan memulai hidup bersama.

Cinta kami bukanlah cerita yang sempurna, bukan kisah dongeng tanpa rintangan. Kami memiliki perbedaan, kami pernah meragukan arah, kami mengalami jatuh bangun. Tapi di balik semua itu, kami selalu kembali pada satu hal: keputusan untuk tetap bersama.

Kami mungkin tidak pernah benar-benar mencari satu sama lain pada awalnya, tetapi pada akhirnya, kami ditemukan oleh cinta. Dan itu jauh lebih berharga dari apa pun.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Pandemi Jadi Momentum: Menyatukan Ilmu, Budaya, dan Spiritualitas Lewat Webinar

  Pandemi COVID-19 datang tanpa aba-aba. Mengubah wajah dunia dalam waktu singkat. Membatasi ruang gerak manusia, membekukan banyak aktivita...